Selasa, 29 Mei 2012

Yoona, Gwaenchanayo?!


fanfic ini sdh 2 kali aku post jadi yang sudah baca sebaiknya, jangan dibaca lagi yaa!!.
if there is a general story line, characters, places, and others.
who may not be intentional or pure fiction.

not bashing because it's a beautiful peace ^_^
nor is plagiarism because it's a sin!
jangan jadi silent readers yaak!! 




Yoona, Gwaenchanayo?!
Cast: SNSD


Yoona membanting pintu dorm keras-keras. Tanpa menghiraukan beberapa pasang mata yang membelalak kaget, ia berlari menuju kamarnya, kembali membanting pintu dan menguncinya.

Taeyeon yang baru saja selesai menelepon manajer SNSD di balkon dorm mereka, masuk dan mengerutkan keningnya dengan wajah tergganggu.

“Siapa yang membanting pintu barusan?” tanyanya pada beberapa dongsaengnya yang ada di sana.
Jessica menunjuk kamar Yoona dan Yuri.

“Yuri?” tanya Taeyeon.

“Yoona,” ralat Fany.

“Aish, jincha! Kenapa harus membanting pintu sekeras itu, Im Choding!” Taeyeon mengomel.

“Ssst,” Hyoyeon yang sedang menempelkan telinganya di pintu kamar Yoona dan Yuri memelototi mereka, “Sepertinya ia sedang menangis…”

“Mwo?!”

Jessica, Sunny, Tiffany, Taeyeon, dan Seohyun buru-buru mendekati pintu kamar Yuri dan Yoona.

BRUK!!

“WAAAA!!”

Tanpa ampun mereka semua menubruk pintu kamar YoonYul sampai terdengar suara gabrukan yang cukup keras.

“YAAAHHH!!! JANGAN BERISIK!!” teriakan keras terdengar dari dalam kamar.

“Yoong-ah, kau ini kenapa?” tanya Hyoyeon.

“Anniyo!” Yoona berseru, “Jangan ganggu aku, Unnie!”

Mereka berpandangan.

“Dia kenapa, sih?” Jessica bertanya pada Hyoyeon.

“Yah! Nado molla! Jangan bertanya padaku! Kita sama-sama tidak tahu!” Hyoyeon merengut.

“Hiks.. hiks…” terdengar isakan yang cukup keras dari dalam kamar.

“Aigoo, dia menangis lagi!” Hyoyeon terlihat khawatir.

“Yuri di mana?” tanya Taeyeon.

“Pergi shopping bersama Sooyoung Unnie sejak tadi pagi,” jawab Seohyun.

“Aish…” Taeyeon terlihat bingung. Ia mengetuk pintu kamar YoonYul lagi.

“Yoong-ah, kalau ada masalah bicarakan dengan kami, jangan mengurung diri begitu…” ujarnya lembut.

“Unnie! Aku hanya ingin sendirian, please…” ujar Yoona di sela-sela tangisnya.

Taeyeon langsung terlihat putus asa. Tiffany mendorong-dorong badan Seohyun supaya ia membujuk Yoona. Seohyun dan Yoona memang dekat, dan mungkin saja Yoona mau bicara pada Seohyun.

“Yoona Unnie,” Seohyun mulai membujuk, “Kalau kau sedang sedih, kau bisa bicara pada kami… Kami akan mencoba membantumu kalau kau ada masalah…”

“Seohyunnie, kau tidak akan mengerti masalahku! Kalian tidak akan mengerti masalahku!”
Gagal lagi.

Mereka menjauhi kamar Yoona. Mungkin Yoona memang sedang tidak ingin diganggu. Mereka duduk mengelilingi meja makan.

“Sepertinya Yoona sedang ada masalah besar,” ujar Sunny.

“Ya, ia tidak seperti biasanya,” ujar Sica.

“Kira-kira ada masalah apa, ya?” Fany mengira-ngira.

“Mungkinkah…” Seohyun membuka mulutnya, “Mungkinkah Yoona Unnie sedang patah hati…?”

 “Masa, sih?” Fany tertawa, “Memangnya dengan siapa?"

“Nickhun Oppa,” celetuk Seohyun polos.

Lima pasang mata memandangi Seohyun.

“Kenapa kau berpikir begitu Makdongie?” Taeyeon menatapnya serius.

“Ung, na…” Seohyun sedikit gagap, “Itu… uhm…”

Semua masih memandangi Seohyun.

“Unnideul ingat tidak WGM Khuntoria episode tadi malam?” tanya Seohyun.

“Memangnya ada apa?” tanya Sica bingung. Ia memang jarang menonton reality show.

“Khuntoria couple melakukan wedding photoshot mereka, kan?” tanya Fany.

“Ya, benar sekali!” Seohyun mengangguk.

“Kenapa memangnya?” tanya Taeyeon linglung. Dia masih belum bisa menghubungkan masalah itu dengan tangisan Yoona.

“Nickhun Oppa kan men…” Seohyun kelihatan segan mengucapkan kata yang satu itu.

“Mencium Vic Unnie, maksudmu?” tanya Hyoyeon.

“Ne,” Seohyun menghelas napas lega.

“Anni!” Sunny menggeleng, “Yang mencium itu Vic Unnie! Khun Oppa tidak berhasil mencium Vic Unnie dengan gaya spiderman itu ketika ia yang berada di posisi atas, makanya fotografer meminta mereka bertukar posisi dan akhirnya Vic Unnie yang mencium Khun Oppa…”

Semua memandang Sunny kagum dan mengangguk-angguk.

“Yah! Sekarang bukan itu masalahnya!” Fany menyadarkan mereka semua, “Kalau memang Yoona sedang patah hati, apa yang harus kita lakukan?”

Mereka diam dan berpikir.

“Ehm…” Sunny membuka mulutnya, “Mungkin memberinya makanan sebanyak mungkin?”

Taeyeon menjitak kepalanya.

“Mana mungkin orang yang sedang patah hati mau makan? Babo-ya!”

“Taeng, dia itu shikshin. SHIK-SHIN. Jadi wajar saja kalau dia makan walaupun sedang patah hati.

Lagipula banyak orang-orang yang menjadikan makanan sebagai tempat pelarian ketika patah hati, arra?!”

Sunny tidak terima usulnya ditolak mentah-mentah.

“Ya tapi—”

“Ssshh! Jangan bertengkar dan menimbulkan masalah baru! Cepat pikirkan saja cara untuk membuat Yoona berhenti menangis!” Jessica memelototi keduanya.

Semua kembali berpikir.

“AH!” Tiffany berseru tiba-tiba.

“Apa? Apa? Kau ada usul apa?” yang lain langsung bertanya menggebu-gebu.

“Anni, aku hanya ingat kalau aku punya pudding yang belum di makan di kulkas…” Fany beranjak dari kursinya menuju kulkas.

“YAH! Tiffany Hwang neomu jincha!” Jessica yang hendak mengamuk ditahan oleh Sunny dan Taeyeon.

Chill, Sica… Lupakan Fany dan puddingnya, sekarang kita pikirkan saja masalah Yoona,” Hyoyeon mencoba menenangkan Sica.

“Unniedeul…” suara kecil Seohyun terdengar, “Bagaimana kalau kita telepon Sooyoung Unnie dan Yuri Unnie saja?”

*

Handphonenya berdering. Sooyoung meletakkan beberapa kantung belanjaannya dan memanggil Yuri yang sedang berjalan untuk berhenti sebentar.

“Halo?”

“Sooyoungie, kau di mana?” terdengar suara Taeyeon.

“Aku masih di pusat perbelanjaan. Kenapa?”

“Kapan kau dan Yuri pulang?”

Yuri mendekati Sooyoung dan bertanya siapa yang meneleponnya. Sooyoung menyebutkan nama Taeyeon tanpa suara. Yuri mengangkat bahunya tidak peduli. Ia mendekati sebuah etalase toko dan memandangi sebuah baju dengan penuh minat.

“Sekitar dua jam lagi. Yuri dan aku masih mencari beberapa barang. Ada apa, sih? Kau merindukan kami, Taeng?”

Sooyoung yakin sebuah jitakan akan ia dapatkan karena ucapannya seandainya Taeyeon ada di sini.
“Babo-ya! Aku meneleponmu karena ingin meminta saranmu dan Yuri…”

“Saran? Saran apa?”

“Yoona. Dia menangis sejak pulang tadi. Bahkan sempat membanting pintu dorm sebelum mengurung diri di kamarnya. Kira-kira dia kenapa, ya?”

Sooyoung terdiam sebentar kemudian mendecak, “Paling-paling dia hanya kehabisan kupon makan gratis di sebuah restoran…”

“YAH! Ini serius Choi Sooyoung!”

“Aku juga serius!”

“Mana mungkin hal seperti itu bisa membuatnya menangis seheboh itu?”

Sooyoung menghelas napas dramatis, “Kim Taeyeon, dia itu shikshin. Aku juga shikshin. Jalan pikiran kami itu sama. Arraso? Jadi berikan saja dia makanan yang banyak, maka dia akan diam dan berhenti menangis.”

“Tapi dia pasti masih memikirkan hal lain selain makanan. Tidak sepertimu!”

“Blah! Coba saja! Kalau aku salah, potong telingaku! Kalau kau yang salah ku—”

“Jangan bercanda terus, Nasoo!” Taeyeon memotong ucapan Sooyoung.

“Hm, terserah kau saja… Aku sudah memberikan saranku. Sudah, ah. Aku masih mau berbelanja.”

“HEY! Tunggu, tunggu! Berikan ponselnya pada Yuri, aku mau bicara padanya…”

Sooyoung mengangkat bahunya dan memberikan ponselnya pada Yuri.

“Eomma, mau bicara.”

Yuri mengambil ponsel itu.

“Kenapa, Taeng?”

“Yul, Yoona menangis. Hebat. Kau tau dia kenapa?” tanya Taeyeon langsung.

“Anni,” jawab Yuri dengan mata yang tak beranjak dari baju di balik kaca etalase. Sooyoung menyeringai melihat tingkahnya.

“Aish! Kau teman sekamarnya, kau pasti tahu sesuatu!”

“Tapi aku kan bukan ibunya, Taeng.”

“Jinchayo, Kwon Yuri! Berikan pendapatmu tentang hal ini sedikit saja!”

“Ck,” Yuri menegakkan badannya, “Aku tidak tahu apa-apa, Taeng! Sungguh!”

“Setidaknya kau bisa menebak!”

“Kau juga bisa. Kenapa harus aku yang menebak?” tanya Yuri bandel.

“Grrr…” geraman kesal Taeyeon membuat Yuri ngeri.

“Taeng, sudah dulu, ya. Sooyoung sudah kelaparan. Dia mengajakku pergi ke foodcourt sekarang juga. Kau tidak mau kita dapat headline di Koran karena dia memakan salah seorang pengunjung di sini, kan?” dusta Yuri. Sooyoung hanya terbahak mendengar kalimat itu.

“Terserah kau saja, Kwon Yuri!”

Tut… tut… tut…

*

Taeyeon meletakkan ponselnya di meja, lalu menatap Seohyun tajam.

“Lain kali, Makdongie, berikan usul yang lebih berguna padaku.”

“Ne, Unnie,” Seohyun tersenyum geli sambil menunduk.

“AARRRGGGHH!!!!”

Semua terlonjak mendengar teriakan keras Yoona lalu saling berpandangan.

This is getting worse,” Jessica memasang muka horror.

“Ada yang mau pudding?” Fany membawa sekotak pudding ke ruang makan.

Hyoyeon dan Jessica mengambil masing-masing semangkuk dan segera melahapnya isinya.

“Sepertinya tadi kau yang paling kesal karena puddingku,” sindir Fany pada Sica. Gadis itu hanya mengangkat bahunya dan terus mengunyah.

“Hey, coba kita berikan pudding ini pada Yoona,” usul Sunny. Yang lain memandanginya dengan wajah pesimis.

“Coba saja, kurasa tidak akan mempan,” ujar Hyoyeon.

“Mungkin dia mau mengambil puddingnya,” timpal Sica, “Tapi tidak akan mau menjawab pertanyaan kita.”

“Kalau begitu lebih baik jangan,” Fany buru-buru menyambar kotak puddingnya.

*

“Kurasa, Yoona hanya kesal karena masalah makanan.”

Sooyoung dan Yuri yang sedang makan membahas masalah Yoona.

“Yah, apalagi yang dipikirkan para shikshin sampai menangis seperti itu jika bukan tentang makanan,” Yuri melahap sushi di tangannya.

“Ya sudah, kita bawakan saja sushi untuknya, ia pasti langsung bahagia lagi,” ujar Sooyoung.

“Ide bagus!” Yuri mengangguk-angguk.

“Taeyeon mengkhawatirkan hal yang tidak penting,” dengus Sooyoung. Yuri terkekeh.
 
*

“Aku menyerah,” Taeyeon mengangkat tangannya, “Biarkan saja Yoona menangis sepuasnya. Sepertinya ia memang butuh itu.”

“Kasihan Unnie. Pasti sakit rasanya melihat pria yang ia suka berciuman dengan gadis lain,” Seohyun menatap pintu kamar YoonYul dengan raut wajah sedih.

“Yah, aku juga begitu waktu melihat Chace Crawford berciuman di drama Gossip Girls,” gerutu Tiffany.
“Kau tidak penting, Fany-ah,” Sica menatap Fany kesal.

“Biar,” Fany mencibir.

“Jadi kita akan membiarkannya menangis?” tanya Sunny.

“Ye!” Taeyeon berjalan menuju kamarnya.

“Paling dia akan bosan sendiri nanti, dan menceritakannya pada kita,” ujar Hyoyeon.
“Khun Oppa kejam sekali,” ujar Sica.

“Kenapa kau berpikiran begitu?” tanya Fany.

“Kau pikir saja! Kenapa dia harus berciuman dengan Vic Unnie? Apa dia tidak memikirkan perasaan Yoona?!”

“Yah! Memangnya dia tahu kalau Yoona menyukainya?!”

“Ya seharusnya dia menyadari itu!”

“Tapi kan itu tuntutan profesi! Kau juga tidak bisa menolak, kan, kalau kau berada di posisinya?!”

That isn’t the point, Fany-ah! You shouldn’t do something that you don’t wanna do! And in any script of reality show, you just have to tell the director or that kind of people to skip the scene!
But that wasn’t a script! You should find out what the REALITY SHOW means, Sica! For God’s sake, it is reality! Re-a-li-ty! Understood?!

Fany dan Sica mulai bertengkar dalam bahasa Inggris, membuat member lainnya melongo karena tidak mengerti apa yang mereka ucapkan saking terlalu cepatnya mereka bicara.

Even that was only a reality show, you could stop the scene, and jump into another scene, Fany-ah! They still have to edit the film at the end!

But that was a wedding photoshot! What the un-romantic-photo if you didn’t put any kisses on there!

No, you didn’t have to! Looked! Yonghwa and Seohyun didn’t do that at their wedding photoshot!
But there was a FOREHEAD KISSED! See? Kiss is a MUST!

Muka Seohyun memerah saat menyadari apa yang sedang dibicarakan oleh kedua Unnienya.

So, why don’t them just do that? Forehead kiss is more romantic than a spiderman kiss!

What?! What a pity, Sica! You just didn’t have any imagination on your head!

Just stop it, you two!” tiba-tiba Taeyeon muncul dari dalam kamar dan menghentikan pertengkaran tidak penting di ruang tengah.

“Jangan membuatku tambah pusing! Mengerti?!” Taeyeon menatap Sica dan Fany garang. Membuat keduanya mengerut ketakutan dan mengangguk pelan.

Over all, we still don’t know, apakah Yoona memang sedih karena spiderman-kiss incident between Khun Oppa dan Vic Unnie,” ujar Fany pelan.

Sica menatap Fany.

“Apa?” Fany balas menatap, “Apa kau yakin Yoona memang sedih karena itu?!”

“AAARRRGGHH!!! KAU MENYEBALKAN, NICKHUN OPPA!!!” teriakan Yoona terdengar lagi. Membuat mereka semua terlonjak kaget.

“Sekarang semuanya sudah jelas,” Sica tersenyum penuh kemenangan.

*

“Kami pulaaaang!”  Sooyoung dan Yuri berteriak dari pintu depan.

“Akhirnya kalian pulang juga…” desah Taeyeon lega. Sepertinya dia sudah melupakan insiden di telepon dengan keduanya tadi.

“Ada apa, sih, memangnya? Yoona masih menangis?” tanya Yuri.

“Coba saja kau dengar,” tukas Sunny sambil mengacak-acak barang belanjaan Sooyoung.

Yuri dan Sooyoung berpandangan lalu berjalan menuju kamar YoonYul.

“Yoong? Ada apa? Kenapa kau menangis?”

“Sooyoung Unnie?” terdengar suara Yoona. Membuat yang lain takjub karena dengan mudahnya Sooyoung bisa membuat Yoona yang sedang ngambek menjawab panggilannya.

“Ya, ini aku. Kau kenapa, sih? Kudengar sejak tadi kau menangis terus…”

Pintu membuka dan Yoona menghambur ke pelukan Sooyoung.

“Waeyo, Yoong?” tanya Sooyoung.

“Unnie, aku… aku…” Yoona menangis sesenggukan. Member lain memandangi adegan itu dengan penasaran.

“Aku kesal sekali!” ujar Yoona.

“Kesal kenapa?” tanya Sooyoung.

“Aku…” Yoona menyeka air matanya.

“…” semua menatap Yoona. Menanti-nanti Yoona membocorkan perasaan cemburunya karena Nickhun dan Victoria berciuman di reality show We Got Married tadi malam.

“Duduk dulu, Yoong,” Sooyoung menggiringnya ke sofa besar diikuti yang lainnya. Mereka semua duduk mengelilingi Yoona.

“Dia membuatku kecewa, Unnie…” Yoona terisak-isak lagi.

“Siapa, Yoong?” tanya Sooyoung sabar.

“Oppa…” Yoona menyusut air matanya.

“Oppa siapa?” tanya Hyoyeon tidak sabar. Semua member mengantisipasi nama Nickhun yang mungkin akan disebut.

“Nickhun Oppa!” ujar Yoona kesal lalu menangis tersedu-sedu lagi. Kecuali Yuri dan Sooyoung, semuanya mengangguk-angguk mengerti. Kedua orang itu hanya bisa melongo tidak mengerti.
“Sabarlah, Yoong… Aku tahu, memang berat melihat orang yang kita cintai berciuman
dengan orang lain…” Sica menepuk-nepuk bahu Yoona.

“Yah, tapi lelaki bukan hanya Nickhun saja,” Taeyeon menimpali.

Sooyoung, Yuri dan tentu saja Yoona menatap bingung keduanya.

“Kalian ini ngomong apa, sih?” tanya Yoona.

“Tidak usah malu mengakuinya,” Sunny tersenyum maklum.

“Aku tahu, Unnie, rasanya pasti sakit,” ujar Seohyun pelan.

“…” Yoona menatap mereka semua seakan teman-temannya adalah alien dari planet Mars.

“Sudah, Yoong. Jangan menangis lagi. Okay?” Fany tersenyum padanya.

“Kau mau kumasakkan apa?” tanya Hyoyeon.

“Jakkaman, aku tidak mengerti. Aku benar-benar tidak mengerti kalian sedang membicarakan apa. Orang yang kita cintai? Berciuman? Nickhun Oppa?”

“Yaah,” Hyoyeon menggaruk telinganya yang tidak gatal, berusaha tidak terlihat sedang mengasihani orang yang patah hati, “Kau pasti patah hati dan sedih sekali melihat Khun Oppa dan Vic Unnie berciuman di WGM tadi malam. Iya, kan?”

“Mwo?!” Yoona membulatkan matanya lalu tertawa keras.

“YAH!” Sunny memukul lengan Yoona, “Kenapa kau malah tertawa?!”

“Jincha, patah hati itu akibatnya sangat mengerikan. Orang yang tadinya menangis hebat jadi tertawa hebat seperti ini,” Sica menatap Yoona ngeri.

“Apa?! Aku?! Patah hati?! Hahahaha!” Yoona terbahak. Sooyoung dan Yuri berpandangan bingung.

“Kalian menyangka Yoona patah hati?” tanya Yuri pada enam member yang sedang kebingungan itu.

“Tentu saja! Apa yang bisa membuat seorang gadis menangis seperti itu kalau bukan karena pria?!” tanya Fany sengit.

“Kan sudah kubilang,” Sooyoung menyeringai, “Makanan. Ma-ka-nan.”

“Jangan samakan dia denganmu, Sooyoungie,” gerutu Sica.

“Coba kita buktikan,” Sooyoung menatap Yoona, “Jadi apa sebenarnya masalahmu, deer?”

“Aku kesal karena…” Yoona menyeka air matanya yang keluar karena tawanya barusan, “Aku tidak bisa makan di restoran Sushi yang baru buka itu!”

“APA?!” Taeyeon, Jessica, Sunny, Tiffany, Hyoyeon dan Seohyun berteriak kaget.

“Lalu apa hubungannya dengan Khun Oppa?” tanya Yuri.

“Iya! Dan kenapa tadi kau meneriakan namanya di kamar?” tuntut Hyoyeon.

“Oh, itu…” Yoona memasang wajah kesal, “Karena dia merebut kupon makan gratisku!”

“Hah?!”

“Iya, jadi begini… Hari ini adalah Grand Opening dari restoran sushi itu
. Leeteuk Oppa sudah punya kupon makan gratisnya dan dia berjanji akan memberikannya padaku.
 Tapi tadi ketika aku menagih kuponnya, ia bilang Nickhun mengambil kupon itu darinya, dengan paksa! Bayangkan Unnie, orang seterkenal Nickhun! Seorang personil 2PM! Tega sekali mengambil kupon makan gratis milik orang lain! Padahal ia bisa membeli sebanyak mungkin dengan uang yang ia punya! Bahkan setahuku dia bukanlah penggemar sushi, apalagi shikshin! Chansung Oppa saja tidak sebegitunya! Jinchayo,

Nickhun Oppa menyebalkan sekali!”

Semua melongo mendengar penjelasan Yoona.

“Dan kau… menangis karena hal itu?” Sica masih tidak terima.

“Unnie,” Yoona menatap Sica serius, “Coba bayangkan perasaanku! Aku sudah menantikan kesempatan untuk makan sushi di sana! Sushi ini bukan sushi biasa, Unnie! Ini sushi terenak yang pernah kucoba! Kita pernah memakannya di Jepang dulu, Unnie ingat tidak, yang kita makan di Shibuya? Restoran sushi itu membuka cabang pertamanya di Korea, dan hanya ada seratus orang yang mendapatkan kesempatan untuk makan gratis di Grand Opening-nya. Teukie Oppa salah satunya karena dia kenal dengan manager restoran cabang Korea ini. Dan Khun Oppa! Dia merebut kesempatan itu dariku! Unnie bisa bayangkan, kan, bagaimana kesalnya aku?!”

Sica menatap Yoona dengan pandangan kosong.

Yuri dan Sooyoung tertawa histeris mendengar penjelasan Yoona.

“Sudah kubilang! Sudah kubilang!” seru Sooyoung sambil tertawa.

Yuri dan Sooyoung tertawa-tawa. Yoona hanya terdiam dengan muka kesal karena teringat pada kupon gratisnya yang lenyap.

“Sudahlah, Yoong, jangan kesal. Ini kami bawakan sushi. Mungkin tidak seenak sushi restoran itu, tapi bisa membuatmu berhenti menangis, kan?!” Yuri dan Sooyoung terkekeh-kekeh.

“AAHHH!!! Yuri Unnie, Sooyoung Unnie! Kalian berdua memang keren! Sejak tadi aku kelaparan, tapi tidak ada yang memberiku makanan!” Yoona mengadu, “Padahal harusnya mereka mengerti, kalau aku sedih aku pasti lapar…”

Sooyoung mengerling Taeyeon dengan tatapan yang seolah berkata ‘I-told-you-before’.

Lima pasang mata penuh amarah menatap seseorang yang sedang kebingungan.

“Makdongie!” Taeyeon menatap Seohyun tajam.

“Ya, Unnie?” Seohyun balas menatap Taeyeon dengan mata polosnya.

“Kau yang bilang, kau yang bilang pada kami kalau Yoona sedang patah hati!”

“Tapi, Unnie… Aku juga hanya mengira-ngira…” Seohyun menjawab dengan memelas.

“Kau! Kau yang menyebabkan kami berdua bertengkar untuk hal yang tidak penting!” Sica menunjuk dirinya dan Fany yang sedang mengangguk-angguk.

“Unnie…”

“Kita semua mengkhawatirkan hal yang tidak perlu karena kau, Makdongie!” Sunny mengomel kesal.
“Huung…” Seohyun meringis takut melihat wajah murka para Unnienya.

Sementara Yuri dan Sooyoung tertawa karena kesalahpahaman barusan dan Seohyun berusaha keras memikirkan cara untuk selamat dari keganasan para Unnienya, Yoona asyik melahap sushi yang dibawa oleh Yuri dan Sooyoung untuknya tanpa menghiraukan kekacauan di sekitarnya.

Aigoo, Yoona… Yoona! Gwaenchanayo?!

***

Akhirnya ff ini aku post juga. Yah semoga banyak yang baca dan KOMEN yaa…
Maaf kalau garing, aku gak bakat bikin ff humor, hehe :P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar